Saturday 17 September 2016

Hukum-Hukum Tentang Adzan

Hukum Tentang Adzan sebagai lanjutan catatan pada judul “Seruan Adzan Keras Lantang Ajak Muslimin Melaksanakan Hak Allah.SWT”. Maksudnya Seruan mengajak umat untuk melaksanakan hak Allah.SWT Tiada Tuhan Selain Allah yang berhak disembah dengan melaksanakan kebiasaan baik diantaranya dengan melaksanakan ketentuan Ibadah sholat fardhu. “Adzan dan iqamah disyariatkan bagi sembahyang-sholat lima dan bagi sembahyang -sholat jum’at”. Menurut Abu Hanifah RA, Malik, AsSafie sunat hukumnya. Sementara menurut Ahmad Fardhu Kifayah atas penduduk kota. Demikian sebaliknya, apabila suatu kampung atau kota meninggalkan adzan dan iqamah, diperangilah penduduk kampung atau kota itu lantaran mereka meninggalkan suatu Syiar Islam. Menurut keterangan Imam Mahzab Adzan, lafadhnya serta tardji’nya, 19 Kalimat. Kata Malik: Takbir dipermulaan dibaca dua kali saja. Mereka berselisih faham tentang lafadh iqamah. Menurut Abu Hanifah, dua-dua seperti adzan. Menurut Malik, satu-satu. As Safie dan Ahmad sependapat dengan Malik terkecuali dalam lafadh iqamah. (Qad qamatish shalah-Qad qamatish shalah). Tardji pada adzan disunatkan. Pendapat ini disetujui Malik dan Ahmad. Kata Abu Hanifah: Tidak disukai Tardji. Adzan dibaca sesudah masuk waktu, kecuali shubuh, boleh diadzankan sebelum fajar. Pada sholat shubuh. Dalam adzan shubuh disyariatkan membaca lafadh “Ash Shalatu Khairun minan naum” dibaca sesudah hai ‘alal falah. Tiada disyariatkan adzan terhadap para wanita dan tiada disunatkan. Ini disepakati oleh para Imam. Adzan yang dipandang mencukupi, hanyalah adzan muslim dan berakal. Adzan wanita untuk lelaki tidak dipandang mencukupi.Dalam pada itu adzan orang yang berhadast kecil juga dipandang mencukupi. Dibolehkan pula Muadzin mengambil upah untuk melaksanakan tugas beradzan. Demikian pula dalam kecepatan pembacaan adzan, tidak membatalkan adzan.

No comments:

Post a Comment

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | cheap international calls