Wednesday 30 October 2019

Datuk Sanggul Yang Dicinta Karena Allah, Warga Tapin


Suatu ketika sebelum bermula solat jumaat, di saat para jemaah sedang mengambil wudhuk di pinggir sungai, tiba-tiba Datu Sanggul datang dan langsung terjun ke sungai yang airnya sedang mengalir tersebut. Beliau terjun lengkap dengan pakaiannya. Orang-orang yang menyaksian kejadian tersebut lantas berteriak dan menjadi gempar semuanya.
Dan tiba-tiba lagi, di tengah kegemparan masyarakat itu, Datu Sanggul muncul dari tengah sungai dan berjalan di atas air dengan tenang sekali, lalu langsung memasuki masjid. Yang lebih menghairankan lagi, pakaian beliau sedikit pun tidak basah sama sekali, kecuali anggota wudhuknya sahaja.
Ketika Datu Sanggul berjalan di atas air, beliau sempat melantunkan sebuah syair sufi:
“Allah jadikan serba empat.
Syariat tarikat hakikat makrifat.
Menjadi satu di dalam khalwat.
Rasa nyamannya tiada tersurat”.
"Riau-riau padang si bundan.
Di sana padang si tamu-tamu.
Rindu dendam terngadah bulan.
Di hadapan Allah kita bertemu".
Allahu Akbar...
Datu Sanggul, demikian masyarakat semua menyebutnya, adalah seorang ulamak dan juga Wali Allah yang berasal dari Desa Tatakan, Kecamatan Tapin Selatan, Kabupaten Rantau Tapin. Ia hidup sekitar abad ke-18 Masehi, satu zaman dengan seorang lagi ulamak sufi, iaitu Syeikh Muhammad Arsyad al-Banjari.
Nama sebenar Datu Sanggul adalah Syeikh Muhammad Abdus Samad Al Palembangi. Kemudian diberi nama oleh NABI KHIDIR a.s. dengan nama Syeikh Ahmad Sirajul Huda r.a.
Adapun nama DATUK SANGGUL kerana beliau sering MENYANGGUL atau bahasa lainnya, BERTAPA KHALWAT ZIKIR MENUNGGU ILMU LADUNI KEMAKRIFATAN DARI ALLAH.
Pada suatu hari di Kota Makkah, ketika Syeikh Muhammad Arsyad Al-banjari sedang menuntut ilmu di Masjidil Haram, beliau telah melihat seseorang yang sedang sembahyang disana. Dia tertarik untuk mengetahui, kerana orang itu setiap habis sholat selalu menghilang. Orang itu mengenakan baju palembangan hitam lengkap dengan celana hitam serta memakai laung.
Syeikh Muhammad Arsyad Al-banjari yakin bahawa lelaki itu bukanlah orang-orang Makkah, kerana orang-orang di Makkah tidak ada yang berpakaian demikian. Pakaian seperti itu hanya dipakai oleh orang Banjar atau orang di Tanah Jawa. Dan peristiwa itu dilihat oleh Syeikh Muhammad Arsyad Al Banjari selama beberapa kali setiap hari Jumaat.
Lalu pada suatu hari jumaat, setelah selesai solat, maka Syeikh Muhammad Arsyad Al-Banjari pun langsung mendatanginya, tak mau kehilangannya untuk segera bertemu dengan lelaki itu dan seraya bertanya: “Saudara ini orang mana, asal dari negeri mana, dan sudah berapa lama saudara tinggal di Mekkah?”
Datu Sanggul pun menjawab pertanyaan itu dengan tersenyum. “Saya setiap Jumaat akan datang ke sini untuk bersembahyang, dan saya ini berasal dari Kalimantan Selatan. Allah s.w.t. memberiku kekuatan sehingga dalam sedetik maka aku pun sampai di Makkah ini."
Untuk menguji kebenarannya itu, Syeikh Muhammad Arsyad Al Banjari pun kemudian berkata kepada Datu Sanggul: “Kalau betul saudara pulang dan pergi dari Kalimantan ke sini dalam sekelip mata, cuba tolong bawakan saya durian dari Kalimantan Selatan ke sini!"
Datu Sanggul lalu berdiri di depan Kaabah. Tangannya dilambaikannya ke Hajar Aswad. Ketika ia menarik kembali tangannya, ada sebiji durian yang sudah tersedia. “Nah ini durian yang baru saya petik. Masih ada getah di tangkainya.” Kata Datu Sanggul. Buah itu diterima oleh Syeikh Muhammad Arsyad Al Banjari dengan tersenyum dan kagum.
Sejak pertemuan awal itu, Datu Sanggul dan Syeikh Muhammad Arsyad Al Banjari semakin kerap bertemu di setiap solat Jumaat di Makkah. Kemudian demi menyempurnakan ilmu mereka, maka keduanya turut berguru di Makkah kepada seorang Wali Mursyid daripada jalur Tariqat Qadiriah Naqsyabandiah.
Jangan susah mencari BILAH.
Bilah ada di dalam BULUH.
Jangan susah mencari ALLAH.
Allah ada di dalam TUBUH.
(Datuk Sanggul)

Sunday 6 October 2019

Ustadz Abdul Somad Bertanya Kepada Jamaahnya

_Ustadz ABDUL SOMAD, bertanya kepada jama'ahnya,_

*UAS :*
_"Andai kita hidup pd zaman Fira'un, kira- kira kita jadi pengikut siapa, Fir'aun atau Nabi Musa ?"._

*Jama'ah :*_* "Musaaaaa."_ (Jawab jama'ah serentak dengan kompak).

*UAS :* _"Yakiiin ?"._
*Jama'ah :* _"Yakiiiiiin....."_

*UAS :* _Tapi yang membangun kota Mesir...., Fir'aun. Yang bangun infrastruktur juga dia.  Yang bangun piramida...., Fir'aun. Yang paling kaya...., Fir'aun. Yang punya bala tentara banyak dan kuat...., Fir'aun. Yang punya banyak pengikut....., Fir'aun. Yang bisa memberi perlindungan dan jaminan......, Fir'aun. Yang Berkuasa......., Fir'aun. Yang bisa menyediakan makanan Dan minuman........, Fir'aun. Yang bisa adakan hiburan......., Fir'aun. Yang bisa buat pusat perbelanjaan........, Fir'aun. Bahkan jika teknologinya sudah ada mungkin Kartu Mesir Sehat dan Kartu Mesir Pintar juga dibuatnya."_

_Sementara Nabi Musa......, siapa dia ???. Hanya seorang penggembala kambing. Bicara saja tidak fasih alias cadel (akibat pernah memakan bara api diwaktu bayi). Hanya memiliki sebatang tongkat butut._

_Masih yakin mau ikut Nabi Musa........???._ Tanya *UAS* sekali lagi.

Jamaah terdiam...

*UAS :* _"Kerjaan Nabi Musa hanya sebagai penjaga kambing, tiba-tiba mau mengajak kita menyeberangi lautan,,, tanpa memakai sampan, tanpa prahu, tanpa kapal. Apakah yakin kita mau ikut Nabi Musa ????"._

Tak satupun jama'ah berani menjawab, semua tertunduk, diam seribu bahasa.

*UAS :* _Betapa  sesungguhnya manusia zaman Firaun dan zaman sekarang, tidak Ada bedanya. Di Zaman sekarang ini, mayoritas semua tergila² pada harta, wanita, pangkat, jabatan, pujian, rayuan. Al Wahn (cinta keduniawian)._

_Sungguh......, Fir'aun itu akan tetap ada hingga akhir zaman. Hanya saja berubah wajah Dan bentuknya...., juga namanya. Namun secara hakikat dia akan terus ada. Sebab sejarah akan berulang, dan kita harus tetap yakin seyakinnya biidznillah Fir'aun dikalahkan oleh Musa karena Kuasa ALLAH Azza Wa Jalla..._

_*Siapapun yang akan terpilih itu  sudah menjadi takdir/sudah tertulis di Lauhul Mahfudz, tetapi Allah akan mencatat dimana kita berpihak.....*_

_*Belajaralah DARI CICAK dan Burung Pipit.....*_

Dahulu saat Nabi Ibrahim Alaihi Salam dibakar oleh Raja Namrud, datanglah burung pipit yang bolak balik mengambil air dan meneteskan air itu di atas api yang membakar Nabi Ibrahim Alaihi Salam.

*Cicak* yang melihatnya tertawa.....: *_"Hai pipit........!, bodohnya yang kau lakukan itu. Paruhmu yang kecil hanya bisa menghasilkan beberapa tetes air saja, mana mungkin bisa memadamkan api itu.....???._*

*Burung pipit* pun menjawab : *_"Wahai cicak......, memang tak mungkinlah aku bisa memadamkan api yang besar itu, tapi aku tak mau jika Allah melihatku diam saja saat sesuatu yang Allah cintai dizholimi, Allah tak akan melihat hasilnya apakah aku berhasil memadamkan api itu atau tidak, tetapi Allah akan melihat dimana aku berpihak......"._*

Cicak terus tertawa, dan sambil menjulurkan lidahnya ia berusaha meniup api yang membakar Nabi Ibrahim Alaihi Salam agar cepat membesar.

Memang tiupan cicak tak ada artinya tak menambah besar api yang membakar Nabi ibrahim Alaihi Salam, tetapi Allah melihat dimana Cicak berpihak.

Hikayat ini terjadi sekarang....., dan akan terus berulang Saat Al-Qur'an dinistakan, suara Azan dipermasalahkan, bendera tauhid dibakar dan pembela Agama dikriminalisasi.

Aku bertanya padamu sahabat......, _*Dimanakah kau berpihak......?????. Memang....., Pilihanmu tak akan mengubah sedikitpun takdir Allah..., Tapi Allah akan mencatat dimana kau berpihak. Berada di Barisan mana dirimu....., Siapa yang kamu dukung...., Siapa yang kamu pilih untuk jadi pemimpin....?.*_

_*Ingat-ingat......, pilihanmu akan dimintai pertanggungjawaban kelak di akhirat nanti.....*_

_Renungkanlah sejenak saudara Muslimku, Semoga Allah Menyatukan kita kelak di SurgaNya._

_Aamiin...._

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | cheap international calls