Saturday 12 November 2011

Cinta Ibu Anak dan Istri Karena Allah-Doa

Ya Allah yang menguasai langit dan bumi, aku bersaksi tiada tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad adalah utusan Allah. Ya Allah ampuni kesalahan dan kekhilafan kami, karena sebagai manusia biasa kami tak luput dari dosa. Ya Allah pada dasarnya kami ini jahil bodoh, dan kami ingin mengetahui atau mencari ilmu dengan niat semata-mata karena mu. Ya Allah pada dasarnya kami ini hina, lemah dan fakir. Hanya engkaulah yang maha sempurna lagi maha mengetahui, kuat dan besar lagi maha kaya. Ya Allah, tolonglah kami lagi di dalam menjalani hidup ini dan bimbinglah kami lagi. Ya Allah kami berserah kepadamu dengan jiwa dan raga kami, tolonglah kami dan berilah kami kesempatan kembali untuk memperbaiki diri hingga benar-benar menjadi baik, dan teguhkanlah serta tetapkanlah hati kami kepadamu. Ya Allah, akhirilah hidup kami dengan baik hingga mendapatkan khusnul khatimah.
Ya Allah yang maha lemah lembut dan penuh kasih sayang serta adil dan bijaksana, kami percaya bahwa engkaulah tuhan kami yang maha esa. Tolonglah kami ya Allah yang mencintai orang tua, anak, istri, dan keluarga kami karenamu . Kami berserah kepadamu ya Allah dan naungilah kami ya Allah dengan penuh kasih sayang.
Ya Allah kami meminta kepadamu Ya Allah, dan jadikanlah kami orang yang bertakwa kepadamu ya Allah dan tutupkanlah aib kami dengan selalu menjalani hidup ini dengan baik, dimana segala kebaikan itu berasal darimu.
Ya Allah Tolonglah Kami, semoga engkau menjadikan kami termasuk dalam 7 golongan orang-orang yang selalu mendapat curahan kasih sayangmu. Ya Allah sesungguhnya engkau maha penyayang, dan jadikanlah kami menjadi sasaran cemburu-mu. Ya Allah sungguh cemburumu adalah rahmat lil alamin, maka naungilah kami selalu. Aku bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah, dan Aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad.SAW adalah utusan Allah. Ya Allah jadikanlah diri kami tempat persinggahanmu selalu, dan kami berserah sepenuh jiwa raga kepada Allah. Ya Allah engkaulah tujuan kami, Keridhoanmu lah yang kami cari. Bimbinglah kami Ya Allah ke jalan yang lurus dan aman, sesungguhnya kami ini penuh dengan kesalahan dan kekhilafan, maka bentangilah ampunanmu kepada kami. Ya Allah sesungguhnya kami tiada daya dan upaya, maka tolonglah kami selalu Ya Allah. Ya Allah sesungguhnya kami mencintai orangtua, anak dan istri serta keluarga kami semata-mata karena Allah, maka tolonglah kami ya Allah.
MENANGIS KARENA TAKUT KEPADA ALLAH
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak akan masuk neraka seseorang yang menangis karena merasa takut kepada Allah sampai susu [yang telah diperah] bisa masuk kembali ke tempat keluarnya.” (HR. Tirmidzi [1633]).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda, “Ada tujuh golongan yang akan dinaungi oleh Allah pada hari ketika tidak ada naungan kecuali naungan-Nya; [1] seorang pemimpin yang adil, [2] seorang pemuda yang tumbuh dalam [ketaatan] beribadah kepada Allah ta’ala, [3] seorang lelaki yang hatinya bergantung di masjid, [4] dua orang yang saling mencintai karena Allah; mereka berkumpul dan berpisah karena-Nya, [5] seorang lelaki yang diajak oleh seorang perempuan kerkedudukan dan cantik [untuk berzina] akan tetapi dia mengatakan, ‘Sesungguhnya aku takut kepada Allah’, [6] seorang yang bersedekah secara sembunyi-sumbunyi sampai-sampai tangan kirinya tidak tahu apa yang diinfakkan oleh tangan kanannya, dan [7] seorang yang mengingat Allah di kala sendirian sehingga kedua matanya mengalirkan air mata (menangis).” (HR. Bukhari [629] dan Muslim [1031]).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda, “Ada dua buah mata yang tidak akan tersentuh api neraka; mata yang menangis karena merasa takut kepada Allah, dan mata yang berjaga-jaga di malam hari karena menjaga pertahanan kaum muslimin dalam [jihad] di jalan Allah.” (HR. Tirmidzi [1639], disahihkan Syaikh al-Albani dalam Sahih Sunan at-Tirmidzi [1338]).
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak ada yang lebih dicintai oleh Allah selain dua jenis tetesan air dan dua bekas [pada tubuh]; yaitu tetesan air mata karena perasaan takut kepada Allah, dan tetesan darah yang mengalir karena berjuang [berjihad] di jalan Allah. Adapun dua bekas itu adalah; bekas/luka pada tubuh yang terjadi akibat bertempur di jalan Allah dan bekas pada tubuh yang terjadi karena mengerjakan salah satu kewajiban yang diberikan oleh Allah.” (HR. Tirmidzi [1669] disahihkan oleh Syaikh al-Albani dalam Sahih Sunan at-Tirmidzi [1363])
Abdullah bin Umar radhiyallahu’anhuma mengatakan, “Sungguh, menangis karena takut kepada Allah itu jauh lebih aku sukai daripada berinfak uang seribu dinar!”.
Ka’ab bin al-Ahbar rahimahullah mengatakan, “Sesungguhnya mengalirnya air mataku sehingga membasahi kedua pipiku karena takut kepada Allah itu lebih aku sukai daripada aku berinfak emas yang besarnya seukuran tubuhku.”
Ibnu Mas’ud radhiyallahu’anhu mengatakan; suatu ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepadaku, “Bacakanlah al-Qur’an kepadaku.” Maka kukatakan kepada beliau, “Wahai Rasulullah, apakah saya bacakan al-Qur’an kepada anda sementara al-Qur’an itu diturunkan kepada anda?”. Maka beliau menjawab, “Sesungguhnya aku senang mendengarnya dibaca oleh selain diriku.” Maka akupun mulai membacakan kepadanya surat an-Nisaa’. Sampai akhirnya ketika aku telah sampai ayat ini (yang artinya), “Lalu bagaimanakah ketika Kami datangkan saksi bagi setiap umat dan Kami jadikan engkau sebagai saksi atas mereka.” (QS. an-Nisaa’ : 40). Maka beliau berkata, “Cukup, sampai di sini saja.” Lalu aku pun menoleh kepada beliau dan ternyata kedua mata beliau mengalirkan air mata.” (HR. Bukhari [4763] dan Muslim [800]).
Dari Ubaidullah bin Umair rahimahullah, suatu saat dia pernah bertanya kepada Aisyah radhiyallahu’anha, “Kabarkanlah kepada kami tentang sesuatu yang pernah engkau lihat yang paling membuatmu kagum pada diri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam?”. Maka ‘Asiyah pun terdiam lalu mengatakan, “Pada suatu malam, beliau (nabi) berkata, ‘Wahai Aisyah, biarkanlah malam ini aku sendirian untuk beribadah kepada Rabbku.’ Maka aku katakan, ‘Demi Allah, sesungguhnya saya sangat senang dekat dengan anda. Namun saya juga merasa senang apa yang membuat anda senang.’ Aisyah menceritakan, ‘Kemudian beliau bangkit lalu bersuci dan kemudian mengerjakan shalat.’ Aisyah berkata, ‘Beliau terus menerus menangis sampai-sampai basahlah bagian depan pakaian beliau!’. Aisyah mengatakan, ‘Ketika beliau duduk [dalam shalat] maka beliau masih terus menangis sampai-sampai jenggotnya pun basah oleh air mata!’. Aisyah melanjutkan, ‘Kemudian beliau terus menangis sampai-sampai tanah [tempat beliau shalat] pun menjadi ikut basah [karena tetesan air mata]!”. Lalu datanglah Bilal untuk mengumandangkan adzan shalat (Subuh). Ketika dia melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menangis, Bilal pun berkata, ‘Wahai Rasulullah, anda menangis? Padahal Allah telah mengampuni dosa anda yang telah berlalu maupun yang akan datang?!’. Maka Nabi pun menjawab, ‘Apakah aku tidak ingin menjadi hamba yang pandai bersyukur?! Sesungguhnya tadi malam telah turun sebuah ayat kepadaku, sungguh celaka orang yang tidak membacanya dan tidak merenungi kandungannya! Yaitu ayat (yang artinya), “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi….dst sampai selesai” (QS. Ali Imran : 190).” (HR. Ibnu Hiban [2/386] dan selainnya. Disahihkan Syaikh al-Albani dalam Sahih at-Targhib [1468] dan ash-Shahihah [68]).
Mu’adz radhiyallahu’anhu pun suatu ketika pernah menangis tersedu-sedu. Kemudian ditanyakan kepadanya, “Apa yang membuatmu menangis?”. Maka beliau menjawab, “Karena Allah ‘azza wa jalla hanya mencabut dua jenis nyawa. Yang satu akan masuk surga dan satunya akan masuk ke dalam neraka. Sedangkan aku tidak tahu akan termasuk golongan manakah aku di antara kedua golongan itu?”.
al-Hasan al-Bashri rahimahullah pun pernah menangis, dan ditanyakan kepadanya, “Apa yang membuatmu menangis?”. Maka beliau menjawab, “Aku khawatir besok Allah akan melemparkan diriku ke dalam neraka dan tidak memperdulikanku lagi.”
Abu Musa al-Asya’ri radhiyallahu’anhu suatu ketika memberikan khutbah di Bashrah, dan di dalam khutbahnya dia bercerita tentang neraka. Maka beliau pun menangis sampai-sampai air matanya membasahi mimbar! Dan pada hari itu orang-orang (yang mendengarkan) pun menangis dengan tangisan yang amat dalam.
Abu Hurairah radhiyallahu’anhu menangis pada saat sakitnya [menjelang ajal]. Maka ditanyakan kepadanya, “Apa yang membuatmu menangis?!”. Maka beliau menjawab, “Aku bukan menangis gara-gara dunia kalian [yang akan kutinggalkan] ini. Namun, aku menangis karena jauhnya perjalanan yang akan aku lalui sedangkan bekalku teramat sedikit, sementara bisa jadi nanti sore aku harus mendaki jalan ke surga atau neraka, dan aku tidak tahu akan ke manakah digiring diriku nanti?”.
Suatu malam al-Hasan al-Bashri rahimahullah terbangun dari tidurnya lalu menangis sampai-sampai tangisannya membuat segenap penghuni rumah kaget dan terbangun. Maka mereka pun bertanya mengenai keadaan dirinya, dia menjawab, “Aku teringat akan sebuah dosaku, maka aku pun menangis.”
Saya [penyusun artikel] berkata: Kalau al-Hasan al-Bashri saja menangis sedemikian keras karena satu dosa yang diperbuatnya, lalu bagaimanakah lagi dengan orang yang mengingat bahwa jumlah dosanya tidak dapat lagi dihitung dengan jari tangan dan jari kaki? Laa haula wa laa quwwata illa billah! Alangkah jauhnya akhlak kita dibandingkan dengan akhlak para salafush shalih? Beginikah seorang salafi, wahai saudaraku? Tidakkah dosamu membuatmu menangis dan bertaubat kepada Rabbmu? “Apakah mereka tidak mau bertaubat kepada Allah dan meminta ampunan kepada-Nya? Sementara Allah Maha pengampun lagi Maha penyayang.” (lihat QS. al-Maa’idah : 74). Aina nahnu min haa’ulaa’i? Aina nahnu min akhlagis salaf? Ya akhi, jadilah salafi sejati!
Disarikan dari al-Buka’ min Khas-yatillah, asbabuhu wa mawani’uhu wa thuruq tahshilihi, hal. 4-13 karya Abu Thariq Ihsan bin Muhammad bin ‘Ayish al-’Utaibi, tanpa penerbit, berupa file word.
Pernahkah kita merenung tentang ucapan kita bahwa “Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku hanyalah untuk Allah” (Al-An’am : 162). Atau, pernahkah kita berpikir sudah banyakkah pengorbanan yang kita lakukan untuk berjihad dijalan-Nya ? Lantas adakah energi yang mengerakkan lahir dari perenungan kita tersebut ? energi ini mampu membongkar pertahanan malas yang menggerogoti tubuh, energi ini mampu memberikan semangat baru untuk beramal dan energi ini mampu mempertahankan kenikmatan iman di dalam jiwa sehingga ia mampu menguatkan, mengokohkan serta menjadikan pribadi-pribadi kita lebih mulia dan bercahaya.

Ya…

Dialah energi yang bersumber dari ketakutan kita kepada allah.

Merenung dan berfikir sejenak, pada waktu dan tempat yang menghangatkan, akan membuat kita berpikir, tentang amal-amal kita, dosa-dosa yang telah kita kerjakan, kesia-siaan dalam beraktivitas, serta senantiasa menggerakkan batin kita untuk berdzikir dan mengingat Allah swt.

Merenung dan berkhalwat (menyendiri) dengan Allah swt akan membuat kita takut kepada Allah. Takut jika kita meninggal sebelum benar-benar bertaubat kepada Allah. Takut dari Istidraj, dimana kenikmatan yang Allah berikan tanpa disertai dengan ridhanya, takut jika meninggal dalam keadaan su’ul khotimah, takut dari sakratul maut dan tercabutnya ruh dari dalam tubuh, takut dari kesalahan menyeberang diatas shirot (jembatan), takut dari neraka dan berbagai siksa didalamnya, serta takut diharamkan syurga serta nikmat didalamnya.

Merenung dan berkhalwat dengan Allah swt yang disertai dengan kekhusyuan, akan membuat kita menangis, betapa diri kita jauh dari sosok-sosok mulia yang menyejarah. Sangat berbeda dengan sosok Salahudin Al Ayubi yang mampu memenangkan perang salib, dengan Ali ra pemuda penghuni syurga yang penuh dengan keberanian dan memiliki akhlak yang mulia, dengan Muhammad Al-fatih yang tidak pernah meninggalkan sholat malam semenjak Baligh, yang tidak pernah kehilangan hafalan selama hidupnya. Saudaraku… berkhalwat dengan Allah swt, membuat kita tersadar dimanakah posisi kita dihadapan Allah swt ?

Tahukah engkau bahwa menangis karena takut kepada Allah membuat kita mendapatkan naungan di hari kiamat kelak ?

Rasulullah saw bersabda :

“Tujuh golongan yang dinaungi oleh Allah disaat tidak ada naungan selain naungan-Nya…. (diantaranya) seseorang berdzikir kepada Allah menyendiri dan menangis karenanya”

Tahukah engkau bahwa menangis karena takut kepada Allah membuat kita terbebas dari azab Allah ?

“Dua jenis mata yang tidak disentuh oleh api neraka, mata yang menangis karena takut kepada Allah dan mata yang piket malam fisabilillah” (HR. Turmudzi)

Tahukah engkau bahwa menangis karena takut kepada Allah membuat kita berada dalam limpahan cinta ilahi ?

“Tidak ada yang lebih dicintai Allah dari dua tetes dan dua bekas; tetes-tetes air mata karena takut kepada Allah dan tetes-tetes darah yang tertumpah fi sabilillah. Dua bekas tersebut adalah berkas berjihad di jalan Allah dan bekas dalam kewajiban yang Allah wajibkan (shalat berjama’ah)” (HR. Turmudzi)

Tahukah engkau bahwa menangis karena takut kepada Allah membuat kita berada dalam ampunan dan maghfirah-Nya ?

“Apabila seorang hamba merinding karena takut kepada Allah maka dosa-dosanya berguguran bagai bergugurnya dedaunan dari pohon yang kering” (HR. Ibnu Hibban dan Al-Baihaqi)

Subhanallah…

Sungguh betapa banyak nikmat yang Allah berikan kepada hamba-hambanya yang menangis karena ketakutan kepada Allah.

Semoga kita senantiasa menjadi bagian dari orang-orang yang mengingat-Nya, lalu terpekur dan menangis karena takut kepada-Nya.

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | cheap international calls