Thursday 2 April 2015

Sunahtullah Surga dan Neraka


Mengawali khutbahnya seorang khatib Jum’at di Masjid Baiturahmah Rantau, Jum’at (3/4) siang berwasiat kepada dirinya sendiri dan juga kepada para jamaah sholat jum’at untuk berbekal diri dengan meningkatkan ketakwaan diri kepada Allah.SWT. “Karena hanya dengan modal Takwa kita kepada Allah.SWT yang dapat menyelamatkan diri dari siksa neraka, “katanya mengawali khutbah Sholat Jum’atnya.
Rasulullah SAW bersabda bahwa “Surga itu diliputi hal-hal yang tidak menyenangkan dan neraka diliputi syahwat.” Surga dikelilingi oleh sesuatu yang dibenci dan banyak penghalangnya demikian sebaliknya neraka dikelilingi kesenangan. Barang siapa selama hidup dalam kesehariannya seseorang bersenang-senang tanpa memperdulikan aturan syariat agama berarti dirinya berada dekat neraka. “Semoga kita dilindungi Allah.SWT, “katanya.
Namun sayangnya apa yang disampaikan Rasulullah SAW melalui Hadistnya tadi hanya dijadikan pemahaman pengetahuan dan tidak dijadikan amanah. Sehingga banyak orang yang mengaku takut neraka namun dirinya masih bergelut dalam kesenangan nafsu syahwat yang terlarang oleh syariat agama. Demikian sebaliknya seseorang yang mengaku rindukan surga dan bersanding dengan bidadari, namun tak senang dengan melaksanakan amal sholeh dan kebajikan-kebajikan yang dianjurkan keagamaan.
Allah.SWT menguji seseorang melalui sunahtullah hidup di dunia sebagai cobaan bagi mereka. “Seseorang yang hatinya selalu dihadapkan dengan ketidaknyamanan akan hal-hal yang dibenci. Demikian sebaliknya seseorang yang selalu dihadapkan dengan kesenangan-kesenangan bersifat duniawi, “katanya.
Imam Ghazali juga menerangkan bahwa manusia sungguhlah amat lemah, sementara kehidupan semakin kompleks. Pengetahuan agama semakin menipis, adapun kesempatan ibadah semakin menyusut.Kesibukan semakin mendesak, umur semakin berkurang dan amal ibadah terasa makin berat. Bukankah hal semakin terasa pada zaman sekarang. Manusia sangat lemah, kemauan manusia semakin hari semakin pupus.
Di sisi lain kesibukan kegiatan manusia luar biasa padatnya. Sehingga waktu yang ada hanya habis untu mengurus segala macam urusan yang disekitar. Sehingga kesempatan beribadah semakin lenyap. Shalat lima kali saja terkadang tidak terlaksana dengan baik. Makinnya di Masjid dan Langgar Musholah sangat berat melaksanakan sholat berjamaah. Apalagi berdiam sejenak turut berwirid dan zikir berdoa bersama Imam mengingat aktifitas menunggu diluar.
Tidak terasa umur sudah senja. Ketenangan jiwa masih jauh, fisik semakin lemah diajak beribadah. Bagaimanakah jika sudah demikian?
Maka yang tersisa hanya satu memohon kepada Allah swt agar dianugerahi taufiq dan hidayah. Semoga Allah swt melimpahkan cahaya untuk hambanya. 
Maka apakah orang-orang yang dibukakan Allah hatinya untuk (menerima) agama Islam lalu ia mendapat cahaya dari Tuhannya.
Artinya, apapun yang terjadi ketika Allah swt telah menghendaki untuk memberikan hidayah-Nya kepada seorang hamba, maka tidak ada satupun masalah yang tersisa. Kemudian seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah saw. Bagaimanakah tanda seseorang memperoleh cahaya hidayah-Nya? Rasulullah saw menjawab:
Hamba itu (yang memperoleh hidayah) akan  undur diri dari urusan dunia, menekuni urusan akhirat, dan mempersiapkan diri seolah ajal akan segera datang (Ingat mati).

Apakah ada dalam diri kita tanda-tanda memperoleh hidayah-Nya? Marilah kita raba diri kita masing-masing. Instropeksi diri Yaa Allah semoga kami dapat ‘Saat’ pada sholat jum’at kali ini dan terkabulnya doa dan hajat kami.

No comments:

Post a Comment

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | cheap international calls