Mengawali
khutbahnya seorang khatib Jum’at di Masjid Baiturahmah Rantau, Jum’at (3/4) siang
berwasiat kepada dirinya sendiri dan juga kepada para jamaah sholat jum’at
untuk berbekal diri dengan meningkatkan ketakwaan diri kepada Allah.SWT. “Karena
hanya dengan modal Takwa kita kepada Allah.SWT yang dapat menyelamatkan diri
dari siksa neraka, “katanya mengawali khutbah Sholat Jum’atnya.
Rasulullah
SAW bersabda bahwa “Surga itu diliputi hal-hal yang tidak menyenangkan dan
neraka diliputi syahwat.” Surga dikelilingi oleh sesuatu yang dibenci dan
banyak penghalangnya demikian sebaliknya neraka dikelilingi kesenangan. Barang
siapa selama hidup dalam kesehariannya seseorang bersenang-senang tanpa
memperdulikan aturan syariat agama berarti dirinya berada dekat neraka. “Semoga
kita dilindungi Allah.SWT, “katanya.
Namun
sayangnya apa yang disampaikan Rasulullah SAW melalui Hadistnya tadi hanya
dijadikan pemahaman pengetahuan dan tidak dijadikan amanah. Sehingga banyak
orang yang mengaku takut neraka namun dirinya masih bergelut dalam kesenangan
nafsu syahwat yang terlarang oleh syariat agama. Demikian sebaliknya seseorang
yang mengaku rindukan surga dan bersanding dengan bidadari, namun tak senang
dengan melaksanakan amal sholeh dan kebajikan-kebajikan yang dianjurkan
keagamaan.
Allah.SWT
menguji seseorang melalui sunahtullah hidup di dunia sebagai cobaan bagi mereka.
“Seseorang yang hatinya selalu dihadapkan dengan ketidaknyamanan akan hal-hal
yang dibenci. Demikian sebaliknya seseorang yang selalu dihadapkan dengan
kesenangan-kesenangan bersifat duniawi, “katanya.
Imam
Ghazali juga menerangkan bahwa manusia sungguhlah amat lemah, sementara
kehidupan semakin kompleks. Pengetahuan agama semakin menipis, adapun
kesempatan ibadah semakin menyusut.Kesibukan semakin mendesak, umur semakin
berkurang dan amal ibadah terasa makin berat. Bukankah hal semakin terasa pada
zaman sekarang. Manusia sangat lemah, kemauan manusia semakin hari semakin
pupus.
Di sisi
lain kesibukan kegiatan manusia luar biasa padatnya. Sehingga waktu yang ada
hanya habis untu mengurus segala macam urusan yang disekitar. Sehingga
kesempatan beribadah semakin lenyap. Shalat lima kali saja terkadang tidak
terlaksana dengan baik. Makinnya di Masjid dan Langgar Musholah sangat berat
melaksanakan sholat berjamaah. Apalagi berdiam sejenak turut berwirid dan zikir
berdoa bersama Imam mengingat aktifitas menunggu diluar.
Tidak
terasa umur sudah senja. Ketenangan jiwa masih jauh, fisik semakin lemah diajak
beribadah. Bagaimanakah jika sudah demikian?
Maka yang
tersisa hanya satu memohon kepada Allah swt agar dianugerahi taufiq dan
hidayah. Semoga Allah swt melimpahkan cahaya untuk hambanya.
Maka apakah
orang-orang yang dibukakan Allah hatinya untuk (menerima) agama Islam lalu ia
mendapat cahaya dari Tuhannya.
Artinya,
apapun yang terjadi ketika Allah swt telah menghendaki untuk memberikan
hidayah-Nya kepada seorang hamba, maka tidak ada satupun masalah yang tersisa.
Kemudian seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah saw. Bagaimanakah tanda
seseorang memperoleh cahaya hidayah-Nya? Rasulullah saw menjawab:
Hamba itu
(yang memperoleh hidayah) akan undur
diri dari urusan dunia, menekuni urusan akhirat, dan mempersiapkan diri seolah
ajal akan segera datang (Ingat mati).
Apakah ada
dalam diri kita tanda-tanda memperoleh hidayah-Nya? Marilah kita raba diri kita
masing-masing. Instropeksi diri Yaa Allah semoga kami dapat ‘Saat’ pada sholat
jum’at kali ini dan terkabulnya doa dan hajat kami.
No comments:
Post a Comment