TAPIN, KALSEL,-majalahdetektif.com; Suara ledakan keras terjadi disusul kemudian suara bising sirine kendaraan aparat berdatangan menuju TKP para demonstran yang geram marah menuntut keadilan adanya dugaan kecurangan pemilu sampai mengganggu jalannya Pilkada di Kawasan Rantau Baru.Kamis (29/8), kemarin.
Anggota TNI-Polri lengkap dengan rompi anti pelurunya didampingi anggota Satpol PP dan pengamanan lainnya langsung mendirikan formasi barisan untuk masuk kerumunan aksi demonstran yang geram agar tidak berbuat tak terduga. Pihaknya dengan sigap kerahkan kemampuan dalam tugas tersulit yang dipelajari dalam simulasi sistem pengamanan kota untuk meredakan aksi demontrasi dengan target keberhasilan pada eskalasi yang memiliki implikasi keamanan dan keselamatan yang pasti.
Demikian Kapolres Tapin AKBP.Jimmy Kurniawan, S.I.K menjelaskan simulasi Sistem Pertahanan Dan Keamanan Kota (SISPAMKOTA) sebuah sistem komprehensif yang sengaja dirancang untuk melindungi dan menjaga kota dari berbagai ancaman, bencana alam, termasuk demontrasi pilkada ini.
“Karena itulah simulasi ini penting untuk memastikan kesiapan anggota kita dan seluruh personil keamanan. Mereka harus siap menghadapi skenario ancaman yang mungkin terjadi selama Pilkada 2024 dengan target keberhasilan pada eskalasi yang memiliki implikasi keamanan dan keselamatan yang pasti,”katanya.
Sistem Pengamanan dan Keamanan Kota ini kerap kali melibatkan upaya terkoordinasi antara lembaga pemerintah, penegak hukum, dan organisasi masyarakat. Diantaranya TNI-POLRI, Satpol PP, Dinas Perhubungan, Orari, BPBD, dan pengamanan lainnya. Tujuannya untuk memastikan pengamanan kota hingga lainnya di setiap tahapan pemilu, pada masa tenang, termasuk saat pleno perhitungan suara nanti.
Anggota yang terkoordinasi tadi dibagi tugas terdiri dari tim tanggap darurat, pengawasan keamanan mulai dari kamera, sensor, dan peralatan pemantauan lainnya untuk mendeteksi potensi ancaman demontrans yang membawa senjata tajam.
Rencana kesiapsiagaan bencana seperti strategi dan protokol untuk menangani keadaan darurat.
Keterlibatan masyarakat, program untuk mendidik dan memberdayakan warga agar berkontribusi terhadap keselamatan mereka. Hingga pengumpulan Intelijen aparat terdepannya yang bertugas mengumpulkan informasi tentang potensi ancaman dan kerentanan secepat mungkin.
Tiga de eskalasi inilah yang menjadi patokan aparat dalam menghadapi kerumunan massa demonstran yang banyak membludak, hingga menjadi tugas tersulit karena salah sedikit bisa terpukul dan tertangkap kawan. Kemampuan secara efektif meredakan konfrontasi demonstran yang marah sambil mata melihat simbol warna eskalasi warna perbedaan antara situasi penggunaan kekerasan atau penyelesaian damai.
Diantara petugas ada yang memberi sinyal informasi dan komunikasi eskalasi kepada rekannya dalam menghadapi pelaku demonstran yang marah dan geram. Mereka berdesak-desakan, berkerumun dalam barisan dengan jarak yang panjang.
Eskalasi berwarna hijau artinya situasi para demonstran masih terkendali aman. Jika eskalasi berwarna kuning, emosi demonstran mulai naik pitam dan aparat menandakan kerekannya situasi waspada hati-hati, dan jika eskalasi berwarna merah itu puncak kemarahan demonstran tak terbendung lagi diantara kerumunan masa yang pastinya sudah terjadi kerusuhan diantara dua kubu antara aparat pengamanan dan demonstran.
Melalui simulasi ini, komitmen kami untuk melaksanakan tugas dan menjaga keamanan dan melaksanakan pengamanan secara optimal pada setiap tahapan Pilkada 2024 nanti. “Diharapkan semua tahapan berlangsung dalam situasi eskalasi hijau,”katanya.
Reporter Nasrullah
No comments:
Post a Comment