Bismillahirahmannirahim, Masya Allah, segala sesuatu jika
diawali dengan mengucapkan nama Allah tentunya atas pertolongan Allah semuanya
jadi berkah bahkan besar kemungkinan menjadi mudah. Ingatlah bahwa segala
kemudahan itu datangnya dari Allah.SWT, dan kita pada dasarnya tidak ada kuasa
pada diri, tiada daya dan upaya melainkan atas pertolongan Allah, karena pada
hakikatnya segala gerak-gerik seluruh alam semesta adalah Allah.SWT yang
mengaturnya.
Untuk itu kita selaku manusia biasa (adam) hanya bisa bersandar
bergantung kepada Allah tuhan semesta alam. Meminta kepada Allah, dengan
menyandarkan seluruh urusan kepada Allah dengan menanggalkan diri dan berupaya
mengenal Allah baik melalui asma Allah, sifat wajib Allah dan zat-nya yang tunggal.
Diantara sifat wajib Allah.
1.
Wujud : Artinya Ada.
Allah itu ada, yakni tetap dan benar yang wajib
bagi zat Allah Ta’ala yang tiada disebabkan dengan sesuatu sebab. Maka wujud (
Ada ) – disisi Imam Fakhru Razi dan Imam Abu Mansur Al-Maturidi bukan ia a’in
maujud dan bukan lain daripada a’in maujud , maka atas qaul ini adalah wujud
itu Haliyyah ( yang menepati antara ada dengan tiada) . Tetapi pada pendapat
Imam Abu Hassan Al-Ashaari wujud itu ‘ain Al-maujud , karena wujud itu zat
maujud karena tidak disebutkan wujud melainkan kepada zat. Kepercayaan bahwa
wujudnya Allah SWT. bukan saja di sisi agama Islam tetapi semua kepercayaan di
dalam dunia ini mengaku menyatakan Tuhan itu ada. Firman Allah SWT. yang
bermaksud :
” Dan jika kamu tanya orang-orang kafir itu siapa yang
menjadikan langit dan bumi nescaya berkata mereka itu Allah yang
menjadikan……………” ( Surah Luqman : Ayat 25 )
2. Qidam : Artinya Sedia
Pada hakikatnya menafikan ada permulaan wujud Allah SWT karena
Allah SWT. menjadikan tiap-tiap suatu yang ada, yang demikian tidak dapat tidak
keadaannya lebih dahulu daripada tiap-tiap sesuatu itu. Jika sekiranya Allah
Ta’ala tidak lebih dahulu daripada tiap-tiap sesuatu, maka hukumnya adalah
mustahil dan batil. Maka apabila disebut Allah SWT. bersifat Qidam maka jadilah
ia qadim. Di dalam Ilmu Tauhid ada satu perkataan yang sama maknanya dengan
Qadim Yaitu Azali. Setengah ulama menyatakan bahwa kedua-dua perkataan ini sama
maknanya Yaitu sesuatu yang tiada permulaan baginya. Maka qadim itu khas dan azali
itu am. Dan bagi tiap-tiap qadim itu azali tetapi tidak boleh sebaliknya, Yaitu
tiap-tiap azali tidak boleh disebut qadim. Adalah qadim dengan nisbah kepada
nama terbahagi kepada empat bagian :
· Qadim Sifati ( Tiada permulaan sifat Allah Ta’ala )
· Qadim Zati ( Tiada permulaan zat Allah Ta’ala )
· Qadim Idhafi ( Terdahulu sesuatu atas sesuatu seperti
terdahulu bapa nisbah kepada anak )
· Qadim Zamani ( Lalu masa atas sesuatu sekurang-kurangnya satu
tahun )
Maka Qadim Haqiqi ( Qadim Sifati dan Qadim Zati ) tidak harus
dikatakan lain daripada Allah Ta’ala.
3. Baqa’ : Artinya Kekal
Sentiasa ada, kekal ada dan tiada akhirnya Allah SWT . Pada
hakikatnya ialah menafikan ada kesudahan bagi wujud Allah Ta’ala. Adapun yang
lain daripada Allah Ta’ala , ada yang kekal dan tidak binasa Selama-lamanya
tetapi bukan dinamakan kekal yang hakiki ( yang sebenar ) Bahkan kekal yang
aradhi ( yang mendatang jua seperti Arasy, Luh Mahfuz, Qalam, Kursi, Roh,
Syurga, Neraka, jisim atau jasad para Nabi dan Rasul ). Perkara –perkara
tersebut kekal secara mendatang tatkala ia bertakluq dengan Sifat dan Qudrat
dan Iradat Allah Ta’ala pada mengekalkannya. Segala jisim semuanya binasa
melainkan ‘ajbu Az-zanabi ( tulang kecil seperti biji sawi letaknya di tungking
manusia, itulah benih anak Adam ketika bangkit daripada kubur kelak ). Jasad
semua nabi-nabi dan jasad orang-orang syahid berjihad Fi Sabilillah yang mana
ianya adalah kekal aradhi jua. Disini nyatalah perkara yang diiktibarkan permulaan
dan kesudahan itu terbahagi kepada 3 bagian :
· Tiada permulaan dan tiada kesudahan Yaitu zat dan sifat Alllah
SWT.
· Ada permulaan tetapi tiada kesudahan Yaitu seperti Arash, Luh
Mahfuz , syurga dan lain-lain lagi.
· Ada permulaan dan ada kesudahan Yaitu segala makhluk yang lain
daripada perkara yang diatas tadi ( Kedua ).
4. Mukhalafatuhu Ta’ala Lilhawadith. Artinya : Bersalahan Allah
Ta’ala dengan segala yang baharu.
Pada zat , sifat atau perbuatannya sama ada yang baru , yang
telahada atau yang belum ada. Pada hakikat nya adalah menafikan Allah Ta’ala
menyerupai dengan yang baharu pada zatnya , sifatnya atau perbuatannya.
Sesungguhnya zat Allah Ta’ala bukannya berjirim dan bukan aradh Dan tiada
sesekali zatnya berdarah , berdaging , bertulang dan juga bukan jenis leburan ,
tumbuh-tumbuhan , tiada berpihak ,tiada bertempat dan tiada dalam masa. Dan
sesungguhnya sifat Allah Ta’ala itu tiada bersamaan dengan sifat yang baharu
karena sifat Allah Ta’ala itu qadim lagi azali dan melengkapi ta’aluqnya. Sifat
Sama’ ( Maha Mendengar ) bagi Allah Ta’ala berta’aluq ia pada segala maujudat
tetapi bagi mendengar pada makhluk hanya pada suara saja. Sesungguhnya di dalam
Al-Quraan dan Al-Hadith yang menyebut muka dan tangan Allah SWT. , maka
perkataan itu hendaklah kita iktiqadkan thabit ( tetap ) secara yang layak
dengan Allah Ta’ala Yang Maha Suci daripada berjisim dan Maha Suci Allah Ta’ala
bersifat dengan segala sifat yang baharu.
5. Qiyamuhu Ta’ala Binafsihi : Artinya : Berdiri Allah Ta’ala
dengan sendirinya .
Tidak berkehendak kepada tempat berdiri ( pada zat ) dan tidak
berkehendak kepada yang menjadikannya Maka hakikatnya ibarat daripada menafikan
Allah SWT. berkehendak kepada tempat berdiri dan kepada yang menjadikannya.
Allah SWT itu terkaya dan tidak berhajat kepada sesuatu sama adapada
perbuatannya atau hukumannya. Allah SWT menjadikan tiap-tiap sesuatu dan
mengadakan undang-undang semuanya untuk faedah dan maslahah yang kembali kepada
sekalian makhluk . Allah SWT menjadikan sesuatu ( segala makhluk ) adalah
karena kelebihan dan belas kasihannya bukan berhajat kepada faedah. Allah SWT.
Maha Terkaya daripada mengambil apa-apa manafaat di atas kataatan
hamba-hambanya dan tidak sesekali menjadi mudharat kepada Allah Ta’ala atas
sebab kemaksiatan dan kemungkaran hamba-hambanya. Apa yang diperintahkan atau
ditegah pada hamba-hambanya adalah perkara yang kembali faedah dan manafaatnya
kepada hamba-hambaNya jua. Firman Allah SWT. yang bermaksud :
” Barangsiapa berbuat amal yang soleh ( baik ) maka pahalanya
itu pada dirinya jua dan barangsiapa berbuat jahat maka balasannya (siksaannya
) itu tertanggung ke atas dirinya jua “. ( Surah Fussilat : Ayat 46 ). Syeikh
Suhaimi r.a.h berkata adalah segala yang maujudat itu dengan nisbah berkehendak
kepada tempat dan kepada yang menjadikannya, terbahagi kepada empat bagian :
· Terkaya daripada tempat berdiri dan daripada yang
menjadikannya Yaitu zat Allah SWT.
· Berkehendak kepada tempat berdiri dan kepada yang
menjadikannya Yaitu segala aradh ( segala sifat yang baharu ).
· Terkaya daripada zat tempat berdiri tetapi berkehendak kepada
yang menjadikannya Yaitu segala jirim. ( Segala zat yang baharu ) .
· Terkaya daripada yang menjadikannya dan berdiri ia pada zat
Yaitu sifat Allah Ta’ala.
6. Wahdaniyyah. Artinya : Esa Allah Ta’ala pada zat, pada sifat
& pada perbuatan.
Maka hakikatnya ibarat daripada menafikan berbilang pada zat,
pada sifat dan pada perbuatan sama ada bilangan yang muttasil (yang berhubung )
atau bilangan yang munfasil ( yang bercerai ).
Makna Esa Allah SWT pada zat itu Yaitu menafikan Kam Muttasil
pada Zat ( menafikan bilangan yang berhubung dengan zat ) seperti tiada zat
Allah Ta’ala tersusun daripada darah , daging , tulang ,urat dan lain-lain. Dan
menafikan Kam Munfasil pada zat ( menafikan bilangan yang bercerai pada zat
Allah Ta’ala )seperti tiada zat yang lain menyamai zat Allah Ta’ala.
Makna Esa Allah SWT pada sifat Yaitu menafikan Kam muttasil pada
Sifat ( menafikan bilangan yang berhubung pada sifatnya ) Yaitu tidak
sekali-kali bagi Allah Ta’ala pada satu-satu jenis sifatnya dua qudrat dan
menafikan Kam Munfasil pada sifat ( menafikan bilangan –bilangan yang bercerai
pada sifat ) Yaitu tidak ada sifat yang lain menyamai sebagaimana sifat Allah
SWT. yang Maha Sempurna.
Makna Esa Allah SWT pada perbuatan Yaitu menafikan Kam Muttasil
pada perbuatan ( menafikan bilangan yang bercerai–cerai pada perbuatan ) Yaitu
tidak ada perbuatan yang lain menyamai seperti perbuatan Allah bahkan segala
apa yang berlaku di dalam alam semuanya perbuatan Allah SWT sama ada perbuatan
itu baik rupanya dan hakikatnya seperti iman dan taat atau jahat rupanya tiada
pada hakikat-nya seperti kufur dan maksiat sama ada perbuatan dirinya atau
perbuatan yang lainnya ,semuanya perbuatan Allah SWT dan tidak sekali-kali
hamba mempunyai perbuatan pada hakikatnya hanya pada usaha dan ikhtiar yang
tiada memberi bekas. Maka wajiblah bagi Allah Ta’ala bersifat Wahdaniyyah dan
ternafi bagi Kam yang lima itu Yaitu :
1. Kam Muttasil pada zat.
2. Kam Munfasil pada zat.
3. Kam Muttasil pada sifat.
4. Kam Munfasil pada sifat.
5. Kam Munfasil pada perbuatan.
Maka tiada zat yang lain , sifat yang lain dan perbuatan yang
lain menyamai dengan zat , sifat dan perbuatan Allah SWT . Dan tertolak segala
kepercayaan-kepercayaan yang membawa kepada menyekutukan Allah Ta’ala dan
perkara-perkara yang menjejaskan serta merusakkan iman.
7. Al – Qudrah : Artinya : Kuasa qudrah Allah SWT.
Memberi bekas pada mengadakan meniadakan tiap-tiap sesuatu. Pada
hakikatnya ialah satu sifat yang qadim lagi azali yang thabit ( tetap ) berdiri
pada zat Allah SWT. yang mengadakan tiap-tiap yang ada dan meniadakan tiap-tiap
yang tiada bersetuju dengan iradah. Adalah bagi manusia itu usaha dan ikhtiar
tidak boleh memberi bekas pada mengadakan atau meniadakan , hanya usaha dan
ikhtiar pada jalan menjayakan sesuatu . Kepercayaan dan iktiqad manusia di
dalam perkara ini berbagai-bagaiFikiran dan fahaman seterusnya membawa
berbagai-bagai kepercayaan dan iktiqad.
a. Iktiqad Qadariah :
Perkataan qadariah Yaitu nisbah kepada qudrat . Maksudnya orang
yang beriktiqad akan segala perbuatan yang dilakukan manusia itu sama ada baik
atau jahat semuanya terbit atau berpunca daripada usaha dan ikhtiar manusia itu
sendiri dan sedikitpun tiada bersangkut-paut dengan kuasa Allah SWT.
b. Iktiqad Jabariah :
Perkataan Jabariah itu nisbah kepada Jabar ( Tergagah ) dan
maksudnya orang yang beriktiqad manusia dan makhluk bergantung kepada qadak dan
qadar Allah semata-mata ( tiada usaha dan ikhtiar atau boleh memilih samasekali
).
c. Iktiqad Ahli Sunnah Wal – Jamaah :
Perkataan Ahli Sunnah Wal Jamaahialah orang yang mengikut
perjalanan Nabi dan perjalanan orang-orang Islam Yaitu beriktiqad bahwa hamba
itu tidak digagahi semata-mata dan tidak memberi bekas segala perbuatan yang
disengajanya, tetapi ada perbuatan yang di sengaja pada zahir itu yang
dikatakan usaha dan ikhtiar yang tiada memberi bekas sebenarnya sengaja hamba
itu daripada Allah Ta;ala jua. Maka pada segala makhluk ada usaha dan ikhtiar
pada zahir dan tergagah pada batin dan ikhtiar serta usaha hamba adalah tempat
pergantungan taklif ( hukum ) ke atasnya dengan suruhan dan tegahan ( ada
pahala dan dosa ).
8. Iradah : Artinya : Menghendaki Allah Ta’ala.
Maksudnya menentukan segala mumkin ttg adanya atau tiadanya.
Sebenarnya adalah sifat yang qadim lagi azali thabit berdiri pada Zat Allah
Ta’ala yang menentukan segala perkara yang harus atau setengah yang harus atas
mumkin . Maka Allah Ta’ala yang selayaknya menghendaki tiap-tiap sesuatu apa yang
diperbuatnya. Umat Islam beriktiqad akan segala hal yang telah berlaku dan yang
akan berlaku adalah dengan mendapat ketentuan daripada Allah Ta’ala tentang
rezeki , umur , baik , jahat , kaya , miskin dan sebagainya serta wajib pula
beriktiqad manusia ada mempunyai nasib ( bagian ) di dalam dunia ini
sebagaimana firman Allah SWT. yang bermaksud : ” Janganlah kamu lupakan nasib (
bagian ) kamudi dalam dunia ” . (Surah Al – Qasash : Ayat 77). Kesimpulannya
ialah umat Islam mestilah bersungguh-sungguh untuk kemajuan di dunia dan
akhirat di mana menjunjung titah perintah Allah Ta’aladan menjauhi akan segala
larangan dan tegahannyadan bermohon dan berserah kepada Allah SWT.
9. ‘Ilmu : Artinya : Mengetahui Allah Ta’ala .
Maksudnya nyata dan terang meliputi tiap-tiap sesuatu sama ada
yangMaujud (ada) atau yang Ma’adum ( tiada ). Hakikatnya ialah satu sifat yang
tetap ada ( thabit ) qadim lagi azali berdiri pada zat Allah Ta’ala. Allah
Ta’ala Maha Mengetahui akan segala sesuatu sama ada perkara. Itu tersembunyi atau
rahasia dan juga yang terang dan nyata. Maka ’ilmu Allah Ta’ala Maha Luas
meliputi tiap-tiap sesuatu diAlam yang fana’ ini.
10. Hayat . Artinya : Hidup Allah Ta’ala.
Hakikatnya ialah satu sifat yang tetap qadim lagi azali berdiri
pada zat Allah Ta’ala . Segala sifat yang ada berdiri pada zat daripada sifat
Idrak ( pendapat ) Yaitu : sifat qudrat, iradat , Ilmu , Sama’ Bashar dan
Kalam.
11. Sama’ : Artinya : Mendengar Allah Ta’ala.
Hakikatnya ialah sifat yang tetap ada yang qadim lagi azali
berdiri pada Zat Allah Ta’ala. Yaitu dengan terang dan nyata pada tiap-tiap
yang maujud sama ada yang maujud itu qadim seperti ia mendengar kalamnya atau
yang ada itu harus sama ada atau telah ada atau yang akan diadakan. Tiada
terhijab (terdinding ) seperti dengan sebab jauh , bising , bersuara , tidak
bersuara dan sebagainya. Allah Ta’ala Maha Mendengar akan segala yang terang
dan yang tersembunyi. Sebagaimana firman Allah Ta’ala yang bermaksud :
” Dan ingatlah Allah sentiasa Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui “.
( Surah An-Nisa’a – Ayat 148 )
12. Bashar : Artinya : Melihat Allah Ta’ala .
Hakikatnya ialah satu sifat yang tetap ada yang qadim lagi azali
berdiri pada zat Allah Ta’ala. Allah Ta’ala wajib bersifat Maha Melihat sama
ada yang dapat dilihat oleh manusia atau tidak, jauh atau dekat , terang atau
gelap , zahir atau tersembunyi dan sebagainya. Firman Allah Ta’ala yang
bermaksud : ” Dan Allah Maha Melihat akan segala yang mereka kerjakan “. (
Surah Ali Imran – Ayat 163 )
13 .Kalam : Artinya : Berkata-kata Allah Ta’ala.
Hakikatnya ialah satu sifat yang tetap ada , yang qadim lagi
azali , berdiri pada zat Allah Ta’ala. Menunjukkan apa yang diketahui oleh ilmu
daripada yang wajib, maka ia menunjukkan atas yang wajib sebagaimana firman
Allah Ta’ala yang bermaksud : ” Aku Allah , tiada tuhan melainkan Aku ………”. (
Surah Taha – Ayat 14 ) Dan daripada yang mustahil sebagaimana firman Allah
Ta’ala yang bermaksud : ” ……..( kata orang Nasrani ) bahwasanya Allah Ta’ala
yang ketiga daripada tiga……….”. (Surah Al-Mai’dah – Ayat 73). Dan daripada yang
harus sebagaimana firman Allah Ta’ala yang bermaksud : ” Padahal Allah yang
mencipta kamu dan benda-benda yang kamu perbuat itu”. (Surah Ash. Shaffaat –
Ayat 96). Kalam Allah Ta’ala itu satu sifat jua tiada berbilang. Tetapi ia
berbagai-bagai jika dipandang dari perkara yang dikatakan Yaitu :
1. Menunjuk kepada ‘amar ( perintah ) seperti tuntutan
mendirikan solat dan lain-lain kefardhuan.
2. Menunjuk kepada nahyu ( tegahan ) seperti tegahan mencuri dan
lain-lain larangan.
3. Menunjuk kepada khabar ( berita ) seperti kisah-kisah
Firaundan lain-lain.
4. Menunjuk kepada wa’ad ( janji baik ) seperti orang yang taat
dan beramal soleh akan dapat balasan syurga dan lain-lain.
5. Menunjuk kepada wa’ud ( janji balasan siksa ) seperti orang
yang mendurhaka kepada ibu & bapak akan dibalas dengan azab siksa yang amat
berat.
14. Kaunuhu Qadiran : Artinya : Keadaan Allah Ta’ala Yang
Berkuasa Mengadakan Dan Mentiadakan.
Hakikatnya Yaitu sifat yang berdiri dengan zat Allah Ta’ala,
tiada ia maujud dan tiada ia ma’adum , Yaitu lain daripada sifat Qudrat.
15.Kaunuhu Muridan : Artinya : Keadaan Allah Ta’ala Yang
Menghendaki dan menentukan tiap-tiap sesuatu.
Hakikatnya Yaitu sifat yang berdiri dengan zat Allah Ta’ala ,
tiada ia maujud dan tiada ia ma’adum , Yaitu lain daripada sifat Iradat.
16.Kaunuhu ‘Aliman : Artinya : Keadaan Allah Ta’ala Yang
Mengetahui akan Tiap-tiap sesuatu.
Hakikatnya Yaitu sifat yang berdiri dengan zat Allah Ta’ala,
tiada ia maujud dan tiada ia ma’adum , Yaitu lain daripada sifat ‚Ilmu.
17.Kaunuhu Hayyun : Artinya : Keadaan Allah Ta’ala Yang Hidup.
Hakikatnya Yaitu sifat yang berdiri dengan zat Allah Ta’ala,
tiada ia maujud dan tiada ia ma’adum , Yaitu lain daripada sifat Hayat.
18.Kaunuhu Sami’an : Artinya : Keadaan Allah Ta’ala Yang Mendengar
akan tiap-tiap yang Maujud.
Hakikatnya Yaitu sifat yang berdiri dengan zat Allah Ta’ala,
tiada ia maujud dan tiada ia ma’adum, Yaitu lain daripada sifat Sama’.
19.Kaunuhu Bashiran : Artinya : Keadaan Allah Ta’ala Yang
Melihat akan tiap-tiap yang Maujudat ( Benda yang ada ).
Hakikatnya Yaitu sifat yang berdiri dengan zat Allah Ta’ala,
tiada ia maujud dan tiada ia ma’adum , Yaitu lain daripada sifat Bashar.
20.Kaunuhu Mutakalliman : Artinya : Keadaan Allah Ta’ala Yang
Berkata-kata.
Hakikatnya Yaitu sifat yang berdiri dengan zat Allah Ta’ala,
tiada ia maujud dan tiada ia ma’adum , Yaitu lain daripada sifat Kalam.
.
.
SIFAT MUSTAHIL BAGI ALLAH S.W.T
Wajib atas tiap-tiap mukallaf mengetahui sifat-sifat yang
mustahil bagi Allah yang menjadi lawan daripada dua puluh sifat yang wajib
baginya. Maka dengan sebab itulah di nyatakan di sini sifat-sifat yang mustahil
satu-persatu :
1. ‘Adam beerti “tiada”
2. Huduth beerti “baharu”
3. Fana’ beerti “binasa”
4. Mumathalatuhu Lilhawadith beerti “menyerupai makhluk”
5. Qiyamuhu Bighayrih beerti “berdiri dengan yang lain”
6. Ta’addud beerti “berbilang-bilang”
7. ‘Ajz beerti “lemah”
8. Karahah beerti “terpaksa”
9. Jahl beerti “jahil/bodoh”
10. Mawt beerti “mati”
11. Samam beerti “tuli”
12. ‘Umy beerti “buta”
13. Bukm beerti “bisu”
14. Kaunuhu ‘Ajizan beerti “keadaannya yang lemah”
15. Kaunuhu Karihan beerti “keadaannya yang terpaksa”
16. Kaunuhu Jahilan beerti “keadaannya yang jahil/bodoh”
17. Kaunuhu Mayyitan beerti “keadaannya yang mati”
18. Kaunuhu Asam beerti “keadaannya yang tuli”
19. Kaunuhu A’ma beerti “keadaannya yang buta”
20. Kaunuhu Abkam beerti “keadaannya yang bisu”
SIFAT HARUS BAGI ALLAH S.W.T
Adalah sifat yang harus pada hak Allah Ta’ala hanya satu saja
Yaitu Harus bagi Allah mengadakan sesuatu atau tidak mengadakan sesuatu atau di
sebut sebagai “mumkin” (Fi’lu kulli Mumkinin Autarkuhu). Mumkin ialah sesuatu
yang harus ada dan tiada. Harus disini artinya boleh-boleh saja. Artinya
boleh-boleh saja Allah SWT menciptakan sesuatu, yakni tidak ada paksaan dari
sesuatu, karena Allah bersifat Qudrat dan Irodah. Dan boleh-boleh saja bagi
Allah SWT meniadakan sesuatu.
1. Berwujud / Ada (Wujud)
Allah yang
merupakan Tuhan kita keberadaannya sudah pasti ada namun kita tidak bisa
melihatnya. Oleh karena itu keberadaan Tuhan itu hanya bisa kita yakini dengan
logika yang cukup sederhana. Jika orang yang tidak beragama menganggap bumi dan
alam semesta terbentuk dari ketidaksengajaan peristiwa di masa lampau dari
zat-zat di luar angkasa, maka mereka pasti akan percaya jika setumpukan sampah
secara tidak sengaja membentuk sebuah mobil BMW. Oleh sebab itu alam semesta
ada yang membuatnya karena harus dibuat untuk bisa membuat keadaan seperti
sekarang ini.
Manusia, binatang dan tumbuhan dibuat oleh Tuhan sejak awal
mulanya, bukan karena evolusi. Teori evolusi sudah terbantahkan yang tidak
dapat dibuktikan oleh dunia namun ditutup-tutupi oleh media dan oknum-oknum
yang tidak bertanggung jawab.
2. Tuhan Ada Tanpa Dimensi Waktu (Qidam)
Sejak awal Tuhan
kita sudah ada tanpa ada dimensi waktu seperti di dunia kita. Di akhirat
setelah kita meninggal dunia kita akan memasuki dunia baru tanpa ada dimensi
waktu. Kita bisa berada di neraka jika kita tidak menyembahNya dan akan masuk
ke dalam surga yang nikmat jika kita menyembahNya. Penguasa dunia adalah Tuhan
yang maha esa dan kita harus menghormatiNya untuk mendapatkan kasih sayangNya.
3. Kekal Selama-Lamanya (Baqa)
Tuhan berbeda
dengan manusia, binatang dan tumbuh-tumbuhan yang mengenal adanya hidup dan
mati. Tidak dapat dipungkiri bahwa suatu saat kita akan menjadi mayat. Dan
mungkin kita akan melahirkan manusia baru hasil dari bibit sperma atau sel
telur kita. Tuhan tidak mengenal dilahirkan dan tidak mengenal kematian. Ia
hidup terus-menerus dengan segala urusanNya. Tuhan tidak pernah menyaru atau
lahir dan mati sebagai manusia maupun benda hidup dan mati lainnya.
4. Berbeda Dengan MakhlukNya (Mukhalafatu Lilhawadis)
Semua yang ada di
dunia kita tidak sama dengan Tuhan Allah. Tuhan bukanlah berbentuk seperti
manusia dan memiliki sifat yang manusiawi. Ia memiliki kemampuan tanpa batas
yang mampu menghasilkan ciptaan yang tidak akan mampu ditandingi oleh manusia
sampai kapan pun. Segala yang menganggap Tuhan adalah benda atau manusia yang
dituhankan jelas tidak mendasar. Tuhan tidak pernah lelah sedikitpun, dan Ia
tidak pernah beristirahat sekejap pun.
5. Berdiri Sendiri / Tunggal (Qiyamuhu Binafsihi)
Tuhan tidak
terbatas kemampuanNya dan tidak pernah terbayangan oleh manusia atas
kehebatanNya. Oleh sebab itu manusia tidak akan pernah bisa menjadi Tuhan.
Tuhan bisa melakukan segala apa yang dikehendakiNya dalam sekejap tanpa dibantu
campur tangan pihak lain ataupun Tuhan lain. Tuhan tidak terdiri dari banyak
Tuhan maupun satu kesatuan Tuhan karena Ia adalah satu dan aka selalu satu
tidak pernah punya anak, isteri dan keluarga. Tuhan hanya memiliki banyak
Malaikat yang menyembahNya, Manusia dan Syetan yang laknat kepada Tuhan di
seluruh jagat raya ini.
6. Esa (Wahdaniyah)
Dengan segala
kesempurnaanNya Tuhan adalah mutlak satu bnukan hasil penjumlahan, perkalian
dan perhitungan lainnya. Sifat Esa tidak dapat disamakan dengan sifat makhluk
ciptaannya. Allah sebagai Tuhan sendirian mencipta, menguasai, mengatur, memelihara,
dan lain sebagainya.
7. Kekuasaan Tak Terhingga (Qudrat)
Tuhan memiliki
kemampuan tak terbatas yang kita sudah tahu kehebatannya dengan menciptakan
seluruh jagat raya di mana kemampuan kita sama sekali tidak ada bandingannya
dengan kemampuanNya. Ia bisa menghancurkan segala yang ada dengan cepat tanpa
kita sadari jika Ia mau. Orang yang berada di atas dan memiliki kekuasaan harus
sadar bahwa Allah adalah penguasa sejati dan mereka berada telak jauh di
bawahNya.
8. Memiliki Kehendak (Iradat)
Tuhan memiliki
kemauan atas suatu hal yang sama sekali tidak bisa kita tolak. Tuhan yang
menentukan nasib seseorang sesuai keinginanNya. Apabila Dia berkehendak untuk
menghancurkan bumi serta isinya, maka terjadilah. Bila Ia ingin kita mati, maka
matilah kita menemui ajal dengan cara sesuai yang Ia tetapkan.
9. Mengetahui Semua Hal (Ilmu)
Tuhan tahu apa
yang kita lakukan dan kita pikirkan walaupun hanya dalam hati saja. Jika Tuhan
adalah bodoh dan tidak pandai maka Alam semesta dan ciptaan lainnya tidak akan
sebaik dan sesempurna seperti yang ada seperti sekarang ini. Tuhan Allah SWT
adalah maha jenius jauh diatas seorang profesor doktor pada dunia manusia.
Manusia hanya mengetahui segelintir kecil dari apa yang Ia ketahui.
10. Selalu Hidup Tanpa Mati Dan Istirahat (Hayat)
Adanya alam
semesta yang membutuhkan pengaturan dan pengawasan yang terus-menerus
membuktikan bahwa Tuhan itu ada. Jika Tuhan tidak hidup untuk selamanya maka
ada saatnya Ia mati dan Dunia akan kiamat. Tuhan akan hidup terus menerus
menjaga ciptaanNya berjalan dengan baik.
11. Mendengar Semua (Sama)
Semua yang
kita bicarakan dengan lidah maupun dengan hati Tuhan dapat mengetahuinya 100%.
Jika kita berdoa kepadaNya, Ia akan mendengarkan apa yang kita ucapkan. Pada
umumnya apa yang kita minta tidak akan dikabulkan secara langsung. Perlu kerja
keras dan usaha untuk mendapatkan apa yang kita inginkan. Apa-apa yang kita
ucapkan, rasakan, pikirkan dapat Ia ketahui dan akan dimintai pertanggungjawaban
kelak.
12. Melihat Semua (Bashar)
Sekecil apapun
hal yang ada di alam semesta adalah milik Allah Tuhan alam semesta jagad raya
pasti diketahui dan dilihatNya dengan jelas. Zat atom pun dapat ia lihat dengan
jelas. Mustahil alam semesta berjalan dengan sempurna tanpa sepengetahuanNya.
Apapun yang kita kerjakan di masa lalu dan masa kini dapat dengan Mudah
diketahuiNya dan Ia akan meminta segala pertanggungJawaban kita kelak di hari
akhir nanti.
13. Memberikan Pedoman Dan Panduan Hidup (Kalam)
Tuhan
menurunkan firmanNya melalui malaikat yang kemudian disampaikan kepada
RasulNya. Firman yang diberikan kepada manusia segala golongan dan masa untuk
dijadikan pedoman dan panduan dalam menjalani hidup yang sebentar di dunia. Di
dalam Al-Quran tertulis berbagai petunjuk untuk mendapatkan kasih sayangNya
agar hidup bahagia kelak di dunia yang kekal nanti setelah kita mati.
No comments:
Post a Comment