Manusia diciptakan Allah untuk
menyembah Allah dan tidak menyekutukannya dengan sesuatu apa pun selain Allah
dan untuk menjadi khalifah yang ikhlas tertutup pintu kemenangan untuk umat muslim. Dalam keseharian selalu berupaya
mengabdi kepada Allah dengan petunjuknya meningkatkan keimanan dan taqwa secara
ikhlas serta selalu mengharapkan keridhoan Allah semata. Illahi Anta Maksudi Wa Ridhoka
Matlubi Atini Mahabahtaka Wa Marifataka.
Sebagaimana khatib jum’at menyampaikan tentang bulan Rabiul
Awal di bulan inilah Rasulullah.SAW dilahirkan ke dunia dengan membawa rahmat
bagi alam. Rasa kecintaan untuk menteladani kehidupan Rasulullah masih
bergelora didalam dada, semangat untuk mendalami kehidupan keseharian
Rasulullah yang penuh dengan kesederhanaan juga semakin tertanam di setiap jiwa
insan yang mengaku sebagai umat beliau, karena Rasulullah rahmat untuk alam. Dalam Firman Allah SWT : “Dan Kami tidak mengutus engkau
(Muhammad) melainkan untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam.” (Surat
Al-Anbiya:107).
Rasulullah.SAW juga merupakan panutan bagi seorang ayah,
seorang suami, atau seorang kakek. Bahkan beliau juga sebagai panutan
pengusaha, pemimpin negara sekaligus pemimpin umat. Karena Rasulullah.SAW rahmat
untuk alam sejagat ini, peraturan yang dicanangkan Allah pun mengacu ide
“kemaslahatan” diantara manusia-manusia
yang tidak pernah tahu juga mau tahu buat apa diciptakan Allah hidup ke dunia.
Dengan diutusnya Rasulullah.SAW ke dunia dengan membawa cahaya ikhlas, Islam
telah mampu merubah kehidupan umat manusia ke arah kehidupan yang penuh dengan
makna, menerangi dengan ilmu pengetahuan, dan kemakmuran.
Pada bulan Rabiul
Awal ini pula Rasulullah.SAW diwafatkan Allahuta’ala sungguh kisah wafatnya
begitu menyayat hati luka itu masih berbekas walau itu sudah 14 abad berlalu jika kembali untuk dikenang.
Pada saat Rasulullah.SAW mendekati ajalnya, beliau mengumpulkan kami sekalian
di kediaman ibu kita Siti Aisyah RA, kemudian beliau memandang kami tanpa
sepatah kata sekalian sehingga berderailah air matanya dan bersabda: “Semoga Allah mensayangi, menolong, dan
memberikan petunjuk kepada kalian, Aku berwasiat agar kamu sekalian bertaqwa
kepada Allah serta mentaatiNya. Dan janganlah kamu berlaku sombong kepada
Allahuta’ala. Kalau sudah datang ajalku, hendaklah Ali yang memandikan, Fudhai
bin Abas yang menuangkan air, dan Usamah bin Zaid yang membantu mereka berdua,
kemudian kafanilah aku dengan pakaianku saja manakala kamu semua menghendaki,
atau dengan kain Yaman yang putih. Ketika kamu sekalian memandikan aku, maka
letakan aku diatas tempat tidurku dirumah ini, dekat dengan liang kuburku nanti”.
Mendengar ucapan itu, seketika para sahabat menjerit
histeris saling menangis sambil berkata, “Wahai Rasulullah engkau adalah utusan
untuk kami sekalian, menjadi kekuatan jamaah kami, dan selaku penguasa yang
mengurus perkara kami, kalau engkau telah tiada, lalu kepada siapa kami
mengadukan semua persoalan kami?”
Rasulullah SAW bersabda: “Telah ku tinggalkan padamu
sekalian pada jalan yang benar juga di atas jalan yang terang benerang dan telah ku tinggalkan pula untuk kamu
sekalian dua penasihat yang satu pandai berbicara dan yang satu pendiam. Yang
pandai bicara adalah Al-Qur’an dan yang diam saja adalah ajal (maut). Apabila
ada persoalan yang sulit bagimu, maka kembalilah kamu sekalian kepada Al-Qur’an
dan Sunahku dan kalau hatimu keras membatu, maka lenturkanlah dia dengan
mengingat kematian”.
No comments:
Post a Comment