RANTAU,~ Bulan Maulid Rabiul Awal mengundang
berkah dan nikmat bagi kalangan umat Islam di daerah terutama para pedagang
yang berprofesi kesehariannya mengolah nasi bungkus. Sebut Mama
Desi, Istri Ketua RT.1 di Rantau Kanan
Mandarahan, Selasa (4/12) pagi, dirinya kesehariannya biasa mengawah nasi dalam wajan besar.
Apa itu Mengawah ? Istilah
mengawah ini adalah kebiasaan orang Banua Tapin khususnya Banjar jika ingin
menyelenggarakan acara sudah menjadi tradisi mereka memasak nasi dan lauknya
dengan kawah yang besar.
Menurut Mama Desi dari 5 liter beras yang ditanak itu mampu
menghasilkan sekitar 175 nasi bungkus plus lauknya seperti telur, ayam, dan
ikan haruan (red.gabus). Masakan itu diolah secara tradisi menjadi kuliner
daerah bernama masak habang yang dikemas dalam bungkus daun pisang. Nasi bungkus ini citra kuliner khas daerah penopang kegiatan keagamaan mulai dari selamatan, haulan, arisan, dan lain-lain.
“Nasi
bungkus yang kita olah ini adalah pesanan orang yang akan
menyelenggarakan acara maulid, “katanya kepada Badal Maya.
Pesanan di bulan rabiul awal ini jauh lebih tinggi dibandingkan hari biasanya kita olah buat
bedagang nasi bungkus di pagi hari. Dalam mengolah masakannya kita terbiasa
dengan menggunakan cara lama yaitu mengawah dalam wajan besar menggunakan kayu
bakar. Dalam mengelola bahan-bahan kebutuhannya tadi dilakukan ada pada malam
hari juga ada dilakukan di siang hari yang semuanya tergantung pada waktu kapan
dilaksanakannya acara.
Hal yang menarik diantara mereka
dalam mengelola masakan ada seraya mendengar lantunan ayat suci Al-Qur’an atau sambil melantunkan shalawat nabi sebagai
pengusir sepi. Bahkan ada diantara mereka yang secara istiqomah menyempatkan
waktu mengisi seperempat malamnya ibadah sholat malam seraya mengawah nasi
dengan berdoa olahan masakan mereka dapat terasa nikmat dan lezat lagi
mengandung berkat.