Wednesday 28 December 2011

7 Golongan Yang Mendapat Pertolongan Allah

Hadits Rasulullah SAW, hadits mutafaqun’alaih, shahih Bukhari Muslim: Dari Nabi SAW, beliau bersabda: “Ada tujuh golongan yang bakal dinaungi oleh Allah di bawah naungan-Nya, pada hari yang tidak ada naungan kecuali naungan-Nya, yaitu: Pemimpin yang adil, pemuda yang tumbuh dengan ibadah kepada Allah (selalu beribadah), seseorang yang hatinya bergantung kepada masjid (selalu melakukan shalat berjamaah di dalamnya), dua orang yang saling mengasihi di jalan Allah, keduanya berkumpul dan berpisah karena Allah, seseorang yang diajak perempuan berkedudukan dan cantik (untuk bezina), tapi ia mengatakan: “Aku takut kepada Allah”, seseorang yang diberikan sedekah kemudian merahasiakannya sampai tangan kirinya tidak tahu apa yang dikeluarkan tangan kanannya, dan seseorang yang berdzikir (mengingat) Allah dalam kesendirian, lalu meneteskan air mata dari kedua matanya.” (HR Bukhari)

Tujuh golongan yang akan mendapat perlindungan dari Allah yang pada hari itu tidak ada perlindungan kecuali hanya perlindungan Allah.

Yang pertama, imamun adil, pemimpin yang adil, hakim yang adil. Subhanallah, terdepan, yang pertama mendapat perlindungan Allah. Dan sungguh negeri Indonesia yang tercinta ini sangat merindukan pemimpin yang adil, hakim yang adil.

Yang kedua, pemuda yang aktif, gesit, dalam ibadah kepada Allah SWT.Aktivitasnya mendekatkan dirinya kepada Allah SWT. Yang ketiga, manusia, hamba Allah, yang hatinya senang berada di dalam masjid. Dia betah di masjid. Shalat berjama’ah, ia senang, subuh-subuh ia menegakkan shalat berjamaah. Allahu Akbar, tentu ini hamba Allah yang benar-benar beriman kepada Allah.

Kemudian yang keempat, orang yang bersedakah yang tangan kanannya memberi tapi tangan kirinya tidak tahu. Subhanallah.. Apa ini? Orang yang ikhlash, tidak riya, tidak ujub.

Kemudian yang kelima, orang yang saling mencintai karena Allah, bertemu karena Allah, berpisah karena Allah.

Yang keenam, sangat sulit ini, pemuda yang dirayu, digoda, oleh wanita cantik yang memiliki kekayaan, lalu ia berkata: “Aku takut kepada Allah”. Keinginan maksiatnya ada, tapi rasa takutnya kepada Allah lebih hebat, sehingga ia tidak mau melakukan kemaksiatan. Kita sangat merindukan pemuda, yang memiliki kualitas keimanan yang luar biasa, sehingga ia mampu menahan dari berbagai macam godaan.

Kemudian yang ketujuh, yaitu pemuda, atau hamba Allah, atau orang yang dalam ingatannya kepada Allah, dalam ibadahnya, dalam doanya, dalam dzikirnya, ia menangis. Allahu Akbar, menangis.. Dua tetesan yang dibanggakan Allah di hari kiamat, pertama tetesan darah fii sabilillah, kedua tetesan air mata karena menangis, takut azab Allah, karena merasa bersalah atas segala dosa yang ia lakukan kepada Allah, karena ia sangat mencintai Allah. Subhanallah.. Inilah golongan yang kelak mendapat pertolongan Allah di hari kiamat kelak.

Monday 12 December 2011

Keutamaan Mencintai Karena Allah

Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda:

سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمْ اللَّهُ فِي ظِلِّهِ يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ الْإِمَامُ الْعَادِلُ وَشَابٌّ نَشَأَ بِعِبَادَةِ اللَّهِ وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ فِي الْمَسَاجِدِ وَرَجُلَانِ تَحَابَّا فِي اللَّهِ اجْتَمَعَا عَلَيْهِ وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ وَرَجُلٌ دَعَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصِبٍ وَجَمَالٍ فَقَالَ إِنِّي أَخَافُ اللَّهَ وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ فَأَخْفَاهَا حَتَّى لَا تَعْلَمَ يَمِينُهُ مَا تُنْفِقُ شِمَالُهُ وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللَّهَ خَالِيًا فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ

“Ada tujuh golongan yang Allah akan naungi pada hari dimana tidak ada naungan selain naungan-Nya: (1)Imam yang adil, (2)pemuda yang tumbuh dalam ibadah kepada Allah, (3)seorang laki-laki yang hatinya selalu terpaut dengan masjid, (4)dua orang yang saling mencintai karena Allah yang mereka berkumpul karena-Nya dan juga berpisah karena-Nya, (5)seorang laki-laki yang dirayu oleh wanita bangsawan lagi cantik untuk berbuat mesum lalu dia menolak seraya berkata, “Aku takut kepada Allah,” (6)seorang yang bersedekah dengan diam-diam sehingga tangan kanannya tidak mengetahui apa yang disedekahkan oleh tangan kirinya, (7) dan seseorang yang berzikir/mengingat Allah dalam keadaan sendirian hingga dia menangis.” (HR. Al-Bukhari no. 600 dan Muslim no. 1031)

Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

إِنَّ اللَّهَ يَقُولُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَيْنَ الْمُتَحَابُّونَ بِجَلَالِي الْيَوْمَ أُظِلُّهُمْ فِي ظِلِّي يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلِّي

“Sesungguhnya Allah Ta’ala berfirman pada hari kiamat kelak, “Mana orang-orang yang saling mencintai karena keagungan-Ku? Hari ini Aku naungi mereka dalam naungan-Ku, di mana tidak ada naungan pada hari ini selain naungan-Ku.” (HR. Muslim no. 1031)

Dari Mu’adz bin Jabal radhiallahu anhu dia berkata: Aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ وَجَبَتْ مَحَبَّتِي لِلْمُتَحَابِّينَ فِيَّ وَالْمُتَجَالِسِينَ فِيَّ وَالْمُتَزَاوِرِينَ فِيَّ وَالْمُتَبَاذِلِينَ فِيَّ

“Allah Azza wa Jalla berfirman, “Wajiblah cinta-Ku bagi orang-orang yang saling mencintai karena Aku, orang-orang yang saling bermajelis karena Aku, orang-orang yang saling mengunjungi karena Aku, dan orang-orang yang saling berkorban karena Aku.” (HR. Malik: 2/818 dan Ahmad no. 21021)

Penjelasan ringkas:

Cinta karena Allah adalah kita mencintai seseorang karena dia mencintai Allah, karenanya semakin bertambah ketaatan dia kepada Allah maka bertambah pula kecintaan kita kepadanya. Kecintaan seperti ini termasuk dari amalan yang paling utama, dan dia merupakan konsokuensi dari kecintaan kepada Allah. Karena di antara bentuk kesempurnaan cinta kepada Allah adalah mencintai siapa saja yang Allah cintai dan mencintai siapa saja yang mencintai Allah. Sementara kaum muslimin secara umum merupakan kaum yang mencintai Allah dan Allah juga mencintai mereka, karenanya seorang muslim wajib mencintai kaum muslimin yang lain sebagai keharusan dari cinta dia kepada Allah. Dari Anas radhiallahu anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda:

لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لِأَخِيهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ

“Tidaklah beriman seseorang dari kalian sehingga dia mencintai untuk saudaranya sebagaimana dia mencintai untuk dirinya sendiri”. (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Dan juga Nabi shallallahu alaihi wasallam mengabarkan dalam hadits An-Nu’man bin Bisyir dia berkata:

مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى
“Permisalan kaum mukminin dalam hal saling mencintai, mengasihi, dan menyayangi di antara mereka bagaikan satu tubuh. Apabila ada salah satu anggota tubuh yang merintih kesakitan, maka seluruh tubuhnya akan ikut merasakannya dengan cara terjaga (tidak bisa tidur) dan panas (demam).” (HR. Muslim)

Kecintaan karena Allah ini adalah kecintaan yang murni karena Allah, kecintaan yang tidak didasari oleh maksud-maksud duniawiah. Karenanya Allah Ta’ala membalas orang-orang yang saling mencintai karena Allah dengan memberikan kepada mereka naungan dari teriknya matahari di padang mahsyar kelak di hari kiamat.

Dan manusia yang paling pertama masuk ke dalam keutamaan ini (tentunya setelah para nabi) adalah para sahabat Al-Anshar. Karena Allah Ta’ala telah mengabarkan tentang keadaan mereka dalam firmanya yang artinya, “Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshor) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Anshor) ‘mencintai’ orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin). Dan mereka (Anshor) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin). Dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin) atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan. Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS. Al-Hasyr: 9)

Setelah hal ini kita pahami, maka di sini ada point penting yang harus diperhatikan. Yaitu bahwa mengutamakan saudara dalam kebaikan tidaklah menafikan atau bertolak belakang dengan perintah untuk berlomba-lomba dalam kebaikan. Karena Allah Ta’ala berfirman yang artinya, “Maka berlomba-lombalah kalian dalam berbuat kebaikan.” (QS. Al-Baqarah: 148) Karenanya pada setiap kebaikan yang kita lebih berhak dan lebih pantas mengerjakannya daripada saudara kita, maka di sini tentu saja kita tidak akan membiarkan siapapun untuk mendahului kita dalam mengerjakan kebaikan tersebut, dan mendahulukan saudara daripada diri sendiri dalam kasus ini tidak berlaku.

Kemudian, tidak termasuk dalam kecintaan kepada Allah dan tidak juga termasuk dalam kecintaan kepada Allah, jenis kecintaan yang dibangun di atas hawa nafsu dan maksiat alias pacaran. Karena sungguh pacaran ini merupakan kecintaan yang dibangun di atas hawa nafsu kemaksiatan kepada Allah mengingat banyaknya pelanggaran syariat yang terjadi di dalamnya. Dan jika Allah menjanjikan pahala dan keutamaan yang luar biasa bagi siapa yang saling mencintai karena Allah, maka sebaliknya Allah Ta’ala juga telah menyiapkan hukuman bagi mereka yang saling mencintai bukan karena Allah, wallahul Musta’an

http://al-atsariyyah.com/keutamaan-mencintai-karena-allah.html

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | cheap international calls